Salah satu bahan yang digunakan dalam masakan ini adalah jeruk
kalamansi. Mungkin beberapa dari kita masih belum tahu apa itu
kalamansi.
Kalamansi (Citrofortunealla microcarpa) memiliki nama lain seperti
calamondin, calamonding, calamandarin, golden lime, Panama orange,
Chinese orange, dan acid orange. Jenis jeruk ini berasal dari Filipina
dan banyak dibudidayakan di sana, selain itu kalamansi juga sudah
dibudidayakan di beberapa wilayah termasuk Asia Tenggara, India, Hawaii,
India Barat, Amerika Tengah dan Amerika Utara.
Kalamansi umumnya tidak dikonsumsi langsung karena rasanya yang cukup
asam. Kalamansi yang sudah matang berwarna hijau dan akan berubah
menjadi orange pada saat lewat matang. Kalamansi biasanya digunakan
sebagai bumbu masak untuk memberikan citarasa asam atau diolah menjadi
bahan lain seperti selai. Selain untuk masakan, kalamansi juga digunakan
sebagai bahan minuman.
Di Indonesia, kalamansi banyak digunakan di daerah Sulawesi Utara
untuk mengolah ikan. Ikan dimarinasi terlebih dahulu dengan air perasan
kalamansi untuk menghilangkan bau amis. Selain itu kalamansi digunakan
untuk membuat salah satu jenis masakan khas Sulawesi Utara yang disebut
Kuah Asang (sup ikan dengan kuah yang bercitarasa asam).
Kalamansi memiliki perpaduan citarasa antara jeruk nipis (lime) dan
jeruk (orange) sehingga memberikan citarasa yang khas pada makanan dan
minuman yang menggunakan kalamansi. Rasa getir jus kalamansi dapat
dipadukan dengan jus lain seperti pisang, apel, anggur, pepaya, mangga
dan air kelapa, atau dipadukan dengan teh. Selain diambil jusnya, kulit
dan pulp kalamansi juga dapat diproses menjadi manisan.
Selain sebagai bahan masakan yang khas, beberapa studi menunjukkan
manfaat kalamansi. Sebagai antimikroba, kalamansi menunjukkan efek anti
mikroba terhadap beberapa jenis bakteri patogen seperti Vibrio cholera,
Escherichia coli, Vibro parahemolytics, Salmonella dan Streptococcus sp.
Hasil penelitian yang berjudul “Antimicrobial Properties of Tropical Plants Against 12 Pathogenic Bacteria Isolated From Aquatic Organisms”
yang dilakukan oleh Lee Seong Wei et al dan dimuat di African Journal
of Biotechnology Vol. 7 (13), pp. 2275-2278, 4 July, 2008.
Wangi kalamansi ternyata dapat berfungsi sebagai penenang dan anti
depresi. Sebuah penelitian yang dimuat di ArticlesBase.com yang berjudul
‘Antianxiety and Antidepressive Effects of Essential Oils of Citrus Spp in Mice”
oleh Che Rugayah et al, menemukan bahwa aroma dari minyak atsiri
kalamansi memberi efek anxiolytic sehingga disimpulkan bahwa minyak
atsiri dari tanaman jenis citrus dapat mempengaruhi perilaku.
Ekstrak dari kulit kalamansi menunjukan aktifitas sebagai pelindung
organ hati (hepatoprotective) terhadap penyakit hati yang disebabkan
oleh Acetaminophen (zat aktif paracetamol) pada tikus jantan.
Pengaruhnya terhadap manusia, masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
Penelitian ini yang berjudul “Evaluation of the hepatoprotective
activity of Citrus microcarpa Bunge (Family Rutaceae) fruit peel against
acetaminophen-induced liver damage in male BFAD- Sprague Dawley Rats” dilakukan oleh Casimiro, Marifel Franchesca, Margarita Gutierrez, Danice Romagne Leano, Judilynn N. Solidum, yang dimuat di International Journal of Chemical and Environmental Engineering, December 2010, Volume 1, No.2.
Manfaat lain dari kalamansi yaitu antioksidan. Studi menunjukkan bahwa kalamansi mengandung senyawa yang disebut phloretin-3′,5′-di-C-glucopyranoside yang memiliki nilai Trolox Equivalent Antioxidant Ratio (TEAR) yang tinggi karena memiliki struktur kimia 2,4,6-trihydroxyacetophenone.
Manfaat lain dari kalamansi yaitu antioksidan. Studi menunjukkan bahwa kalamansi mengandung senyawa yang disebut phloretin-3′,5′-di-C-glucopyranoside yang memiliki nilai Trolox Equivalent Antioxidant Ratio (TEAR) yang tinggi karena memiliki struktur kimia 2,4,6-trihydroxyacetophenone.
TEAR adalah suatu pengukuran tingkat antioksidan yang dibandingkan
dengan trolox (analog vitamin E larut air). Minyak atsiri yang diperoleh
dari buah jeruk menunjukkan aktifitas radical-scavenging yang
tinggi terhadap radikal DPPH (diphenylpicrylhydrazyl), lebih tinggi
dibandingkan minyak atsiri yang diekstrak dari daunnya.
Hasil penelitian ini adalah tesis doktor dari Roowi, Suri (2008) dari University of Glasgow, yang berjudul “Tropical citrus antioxidants and catabolism of phenolics in green tea, coffee, cocoa and orange juice”.
Untuk 4 porsi
Bahan
200 g jamur tiram
3 batang pak choy (diblansir)
½ batang daun bawang (iris menyamping)
3 siung bawang putih (iris tipis)
1 siung bawang merah (iris tipis)
¼ sdt garam
1/8 sdt merica bubuk
½ sdm saus sambal
½ sdm saus tomat
1 sdm madu
1 sdm air perasan jeruk kalamansi
100 ml air
½ sdm pati jagung (maizena)
1 sdm minyak bekatul
200 g jamur tiram
3 batang pak choy (diblansir)
½ batang daun bawang (iris menyamping)
3 siung bawang putih (iris tipis)
1 siung bawang merah (iris tipis)
¼ sdt garam
1/8 sdt merica bubuk
½ sdm saus sambal
½ sdm saus tomat
1 sdm madu
1 sdm air perasan jeruk kalamansi
100 ml air
½ sdm pati jagung (maizena)
1 sdm minyak bekatul
Cara membuat
- Pilah-pilah daun pak choy dan blansir 3-5 menit. Angkat dan celupkan sebentar ke dalam air es matang, tiriskan, atur rata di piring saji. Sisihkan.
- Cuci jamur tiram terlebih dahulu, tiriskan dan potong memanjang. Sisihkan.
- Panaskan minyak. Tumis bawang putih, bawang merah, dan daun bawang sampai harum.
- Masukkan jamur tiram dan tumis sampai matang. Kemudian tambahkan garam, merica, saus sambal, saus tomat, dan 5 in 1 calamansi. Aduk rata.
- Tambahkan air dan setelah mulai mendidih, masukkan pati jagung yang telah dilarutkan dengan sedikit air. Aduk sampai mengental.
- Angkat dan siramkan di atas pak choy yang telah ditata di piring saji. Sajikan.
Nilai gizi per porsi
- Energi: 70 kkal
- Lemak: 2.7 g
- Karbohidrat: 9.3 g
- Serat: 1.3 g
- Protein: 2 g
Tips dan saran
- Anda dapat menambahkan daging ayam, ikan atau potongan bakso untuk meningkatkan kandungan proteinnya.
- Jika agak sulit memperoleh kalamansi, anda dapat menggantikannya dengan jeruk nipis.
0 komentar :
Posting Komentar